Cerpen "kenangan terindah bersama ayah"
KENANGAN TERINDAH BERSAMA AYAH
Malam ini aku teringat kepada seseorang yang sangat berarti untukku, dia adalah Ayah. Aku sejak berumur 10 tahun sudah ditinggal oleh Ayah. Kepergian Ayah membuatku sedih sekali. Semua itu karena Ayah harus pergi selama-lamanya menghadap Sang Pencipta. Allah sudah sangat rindu kepada Ayah sehingga aku harus berpisah dengannya. Ayah meninggal disebabkan oleh serangan jantung secara tiba-tiba disaat sedang berwudhu untuk melaksanakan shalat Ashar.
Sore hari, begitu adzan Ashar berbunyi memanggil semua orang untuk beribadah, Ayahku langsung pergi mengambil air untuk berwudhu.
“Ayah, mau berwudhu?!” tanya Aku
“Iya!” jawab Ayah
“Jangan lama-lama ya!”
“Oke sayang!”
BRUG !!!!! (dengan suara yang keras)
“Astagfirullah!!!! Bu.....tadi di dalam ada suara yang keras sekali, seperti ada yang jatuh!” ucap Aku dengan terkejut sekali
“Iya, ibu juga kaget sekali!” jawab Ibu dengan memegang dada
“Coba dibuka bu!”
“Ayah......Ayah........!” panggil Ibu dengan mengetuk pintu
“Sini aku buka saja!”
Begitu pintu dibuka. “Astagfirullah!!!! Ayah...... Ayah bangun!” ucap Ibu dengan rasa terkejut
“Ayah....... bangun!” ucap Aku sambil menangis
“Nak, tolong panggilkan siapapun yang ada di luar!” suruh Ibu kepadaku
“Baik bu......
Aku pun segera berlari memanggil para tetangga seperti yang ibu suruh. Hingga akhirnya mereka masuk dan langsung mengangkat Ayah memindahkannya ke dalam kamar. Aku tidak tau apa yang terjadi di dalam karena banyak sekali tetangga yang berdatangan. Sehingga datanglah Pak Ustadz yang baru selesai shalat Ashar.
“Assalamu’alaikum!” salam Pak Ustadz
“Wa’alaikumsalam. Masuk Pak Ustadz!” suruh Ibu dengan wajahnya yang penuh air mata. “Iya....!”jawab Pak Ustadz
Aku penasaran sekali ingin melihat keadaan di dalam. Walaupun banyak tetangga berkumpul aku tetap memaksakan diri masuk ke dalam dengan berdesak-desak. Begitu kulihat ternyata Pak Ustadz sedang mengobati Ayah. Entah itu dibacakan do’a atau hal lainnya. Aku sebenarnya tidak menyangka akan seperti ini sehingga Aku memohon kepada Allah agar Ayah baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian, tibalah seorang dokter yang baru saja dihubungi oleh ibu lewat telepon. Ibu menyuruhku untuk menunggu di luar karena Aku masih di bawah umur.
Aku kesal sekali ibu tidak mengizinkanku masuk ke dalam. Tetapi karena Aku penasaran sekali untuk mengetahui kondisi Ayah, Akupun melihat dari jendela kamar. Saat kulihat ternyata dokter sedang memegang tangan Ayah memeriksa denyut nadinya. Begitu dilepas kembali, dokter menggelengkan kepalanya dan ternyata Allah berkehendak lain.
“Bu anda yang sabar ya!” ucap Dokter
“Maksud dokter!” tanya Ibu
“Maaf......suami anda sudah tidak bisa tertolong, karena denyut nadinya sudah tidak berjalan. Jadi sekali lagi saya minta maaf bu!”
“Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un!” ucap Pak Ustadz
“Ayah!!!! Ayah bangun......!!” ucap Ibu sambil menangis dan membangunkan Ayah
Aku sungguh tidak menyangka bila Ayah akan pergi meninggalkan kami secepat ini. Akupun masuk membuka pintu untuk melihat Ayah. Dan begitu kulihat sendiri ternyata wajah Ayah pucat sekali, badannya terasa dingin, tangan pun keram. Sebenarnya Aku tidak siap untuk ditinggal oleh Ayah. Jika Ayah sudah pergi siapa yang akan menemaniku, mengajariku dan menghiburku. Air mata ibu yang terus mengalir membuatku ingin sekali menghiburnya, meski Aku sendiri sangat sedih. Ibu yang begitu sayang sekali kepada Ayah, segera menghubungi orang tuanya yaitu kakek dan nenek. Tidak lupa dengan saudara-saudara jauh. Sambil menunggu kedatangan mereka Pak Ustadz pun menyuruh ibu mempersiapkan tempat untuk memandikannya. Sedangkan Pak Ustadz mengumumkan di masjid dengan menggunakan pengeras suara yang biasa dipakai untuk adzan.
Beberapa menit kemudian, tepatnya pukul 16.30 akhirnya datanglah kakek, nenek dan saudara. Kakek dan nenek sedih sekali melihat Ayah terbaring tertutup kain sehingga nenek pun membukanya dan mencium kening Ayah.
Setelah berkumpul semua Ayah pun segera dimandikan dan dikain kafankan. Alhamdulillah banyak orang yang berdatangan untuk melayat Ayah dengan mendo’akannya. Karena waktu sudah tidak memungkinkan, akhirnya Ayah akan dimakamkan esok hari.
Ayah kenapa harus pergi secepat ini. Takut rasanya saat mengingat masa laluku bersamamu. Setiap ku melihatmu yang telah tertutup oleh kain kafan, air mata ini selalu tak mampu berbendung. Tangis ini karena kerinduanku padamu. Rindu akan kasih sayangmu. Rindu akan tutur katamu. Dan rindu akan semua yang ada pada dirimu.
******************
Keesokannya, tibalah waktu dimana saatnya mengantarkan Ayah ke pemakaman menggunakan keranda dengan diantar oleh banyak orang. Begitu sampai di tujuan, Aku tidak dapat menahan rasa sakit ini terutama ketika Ayah dimasukkan ke dalam tanah dan ditutup kembali oleh tanah sehingga yang Aku lihat terakhir kali hanyalah kayu bertuliskan nama Ayah yang ditancapkan di atas tanah dengan dipenuhi taburan bunga.
Ayahku tersayang, walaupun Ayah sudah pergi selama-lamanya. Aku akan selalu mengirimkanmu do’a, agar Ayah tenang dan ditempatkan di tempat yang lebih baik, Aamiin.Terima kasih Ayah atas segalanya yang sudah kau berikan untukku. Terima kasih juga Ayah untuk waktunya. Aku tidak akan melupakan semua kebaikan dan kenangan-kenangan terindah bersamamu. Selamat jalan Ayah, engkau akan selalu ada dihatiku.
Sore hari, begitu adzan Ashar berbunyi memanggil semua orang untuk beribadah, Ayahku langsung pergi mengambil air untuk berwudhu.
“Ayah, mau berwudhu?!” tanya Aku
“Iya!” jawab Ayah
“Jangan lama-lama ya!”
“Oke sayang!”
BRUG !!!!! (dengan suara yang keras)
“Astagfirullah!!!! Bu.....tadi di dalam ada suara yang keras sekali, seperti ada yang jatuh!” ucap Aku dengan terkejut sekali
“Iya, ibu juga kaget sekali!” jawab Ibu dengan memegang dada
“Coba dibuka bu!”
“Ayah......Ayah........!” panggil Ibu dengan mengetuk pintu
“Sini aku buka saja!”
Begitu pintu dibuka. “Astagfirullah!!!! Ayah...... Ayah bangun!” ucap Ibu dengan rasa terkejut
“Ayah....... bangun!” ucap Aku sambil menangis
“Nak, tolong panggilkan siapapun yang ada di luar!” suruh Ibu kepadaku
“Baik bu......
Aku pun segera berlari memanggil para tetangga seperti yang ibu suruh. Hingga akhirnya mereka masuk dan langsung mengangkat Ayah memindahkannya ke dalam kamar. Aku tidak tau apa yang terjadi di dalam karena banyak sekali tetangga yang berdatangan. Sehingga datanglah Pak Ustadz yang baru selesai shalat Ashar.
“Assalamu’alaikum!” salam Pak Ustadz
“Wa’alaikumsalam. Masuk Pak Ustadz!” suruh Ibu dengan wajahnya yang penuh air mata. “Iya....!”jawab Pak Ustadz
Aku penasaran sekali ingin melihat keadaan di dalam. Walaupun banyak tetangga berkumpul aku tetap memaksakan diri masuk ke dalam dengan berdesak-desak. Begitu kulihat ternyata Pak Ustadz sedang mengobati Ayah. Entah itu dibacakan do’a atau hal lainnya. Aku sebenarnya tidak menyangka akan seperti ini sehingga Aku memohon kepada Allah agar Ayah baik-baik saja.
Beberapa menit kemudian, tibalah seorang dokter yang baru saja dihubungi oleh ibu lewat telepon. Ibu menyuruhku untuk menunggu di luar karena Aku masih di bawah umur.
Aku kesal sekali ibu tidak mengizinkanku masuk ke dalam. Tetapi karena Aku penasaran sekali untuk mengetahui kondisi Ayah, Akupun melihat dari jendela kamar. Saat kulihat ternyata dokter sedang memegang tangan Ayah memeriksa denyut nadinya. Begitu dilepas kembali, dokter menggelengkan kepalanya dan ternyata Allah berkehendak lain.
“Bu anda yang sabar ya!” ucap Dokter
“Maksud dokter!” tanya Ibu
“Maaf......suami anda sudah tidak bisa tertolong, karena denyut nadinya sudah tidak berjalan. Jadi sekali lagi saya minta maaf bu!”
“Innalillahi Wainna Ilaihi Roji’un!” ucap Pak Ustadz
“Ayah!!!! Ayah bangun......!!” ucap Ibu sambil menangis dan membangunkan Ayah
Aku sungguh tidak menyangka bila Ayah akan pergi meninggalkan kami secepat ini. Akupun masuk membuka pintu untuk melihat Ayah. Dan begitu kulihat sendiri ternyata wajah Ayah pucat sekali, badannya terasa dingin, tangan pun keram. Sebenarnya Aku tidak siap untuk ditinggal oleh Ayah. Jika Ayah sudah pergi siapa yang akan menemaniku, mengajariku dan menghiburku. Air mata ibu yang terus mengalir membuatku ingin sekali menghiburnya, meski Aku sendiri sangat sedih. Ibu yang begitu sayang sekali kepada Ayah, segera menghubungi orang tuanya yaitu kakek dan nenek. Tidak lupa dengan saudara-saudara jauh. Sambil menunggu kedatangan mereka Pak Ustadz pun menyuruh ibu mempersiapkan tempat untuk memandikannya. Sedangkan Pak Ustadz mengumumkan di masjid dengan menggunakan pengeras suara yang biasa dipakai untuk adzan.
Beberapa menit kemudian, tepatnya pukul 16.30 akhirnya datanglah kakek, nenek dan saudara. Kakek dan nenek sedih sekali melihat Ayah terbaring tertutup kain sehingga nenek pun membukanya dan mencium kening Ayah.
Setelah berkumpul semua Ayah pun segera dimandikan dan dikain kafankan. Alhamdulillah banyak orang yang berdatangan untuk melayat Ayah dengan mendo’akannya. Karena waktu sudah tidak memungkinkan, akhirnya Ayah akan dimakamkan esok hari.
Ayah kenapa harus pergi secepat ini. Takut rasanya saat mengingat masa laluku bersamamu. Setiap ku melihatmu yang telah tertutup oleh kain kafan, air mata ini selalu tak mampu berbendung. Tangis ini karena kerinduanku padamu. Rindu akan kasih sayangmu. Rindu akan tutur katamu. Dan rindu akan semua yang ada pada dirimu.
******************
Keesokannya, tibalah waktu dimana saatnya mengantarkan Ayah ke pemakaman menggunakan keranda dengan diantar oleh banyak orang. Begitu sampai di tujuan, Aku tidak dapat menahan rasa sakit ini terutama ketika Ayah dimasukkan ke dalam tanah dan ditutup kembali oleh tanah sehingga yang Aku lihat terakhir kali hanyalah kayu bertuliskan nama Ayah yang ditancapkan di atas tanah dengan dipenuhi taburan bunga.
Ayahku tersayang, walaupun Ayah sudah pergi selama-lamanya. Aku akan selalu mengirimkanmu do’a, agar Ayah tenang dan ditempatkan di tempat yang lebih baik, Aamiin.Terima kasih Ayah atas segalanya yang sudah kau berikan untukku. Terima kasih juga Ayah untuk waktunya. Aku tidak akan melupakan semua kebaikan dan kenangan-kenangan terindah bersamamu. Selamat jalan Ayah, engkau akan selalu ada dihatiku.
Komentar
Posting Komentar